Akuntansi UII Gelar Webinar Untuk Mempersiapkan Akuntan Forensik Masa Depan
Salah satu cabang dari ilmu akuntansi yang saat ini banyak dibutuhkan adalah akuntansi forensik. Dalam hal ini, akuntan forensik bertugas untuk memberikan pendapat hukum dalam litigation (pengadilan). Adapun tugas lain dalam non-litigation (di luar pengadilan) salah satu contohnya adalah membantu merumuskan alternatif penyelesaian perkara dalam sengketa. Namun, perlu diketahui bahwa akuntan forensik tidak membuat opini. Akuntan forensik bertugas menilai secara kritis keabsahan transaksi keuangan organisasi dan kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi.
Melihat hal ini, Program Studi (Prodi) Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII) bekerja sama dengan Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), mengadakan webinar akuntansi forensik dengan tema “Mempersiapkan Akuntan Forensik Masa Depan dalam Mengarungi Badai Tantangan Dunia Baru”. Diskusi secara virtual menggunakan platform Zoom ini diselenggarakan pada hari Sabtu (11/9).
Webinar akuntansi forensik ini diisi oleh narasumber pertama yaitu Dr. Hery Subowo, S.E., Ak., MPM., CIA., CA., CPA., CFE., CFrA., CSFA yang merupakan Auditor Utama Investigasi Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI), kemudian sebagai narasumber kedua yaitu Stevanus Alexander B. P. Sianturi S.E., Ak., MforAcc., CPA., CFE., CA., CIO., CSRS., CACP merupakan Partner Forensic & Integrity Service Ernst & Young (EY), dan narasumber ketiga adalah Hendi Yogi Prabowo, S.E., M.ForAccy., Ph.D., CFrA., CAMS merupakan Direktur Pusat Studi Akuntansi Forensik UII.
Dalam pemaparannya, Hery Subowo menjelaskan terkait penggunaan akuntansi forensik di Indonesia lebih banyak digunakan untuk pengungkapan kasus korupsi di pemerintahan. Dalam prakteknya dibutuhkan keahlian dalam mengumpulkan dan menganalisis bukti-bukti yang bisa dihadirkan di persidangan untuk keperluan kasus. Adapun, bukti yang digunakan di persidangan harus diperoleh melalui mekanisme penegakan hukum kemudian baru dinyatakan sah dan layak digunakan. Untuk memperoleh bukti tersebut, Hery memberikan salah satu cara yang biasa digunakan oleh auditor forensik yaitu berfikir seperti maling.
“Kita harus tau bagaimana metodologi yang digunakan fraudsters. Untuk mengetahui metode penyembunyian harta hasil korupsi yakni berpikir seperti maling, bukan bertindak seperti maling dalam mengungkap kasus tersebut,” ujar Hery.
Sementara itu, Alexander Sianturi menjelaskan terkait tantangan auditor forensik di masa depan. Alexander menjelaskan terkait fraud yang sering dilakukan oleh organisasi yaitu dalam merekayasa laporan keuangan.
“Laporan keuangan organisasi banyak diakali di kuartal ke-4 karena ketika hasil review dari 3 kuartal awal menunjukan hasil yang tidak mencapai target, maka pada kuartal 4 laporan keuangan akan dikreasikan sedemikian rupa untuk mencapai target di akhir. Tapi kita mesti lebih aware itu (fraud) dapat dilakukan sepanjang tahun,” ungkap Alexander.
Di akhir, Hendi Yogi Prayogi menjelaskan bahwa diperlukannya kolaborasi antara praktisi dan juga akademisi dalam menyusun kurikulum yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan untuk menjadi auditor forensik saat ini. (Utami/RH)