Seimbangkan Soft Skill dan Hard Skill dengan IP Akuntansi UII

Prodi Akuntansi UII kembali menyajikan Seri Podcast Akuntansi IP (SPASI) Episode ketiga. Dalam episode ini narasumber yang dihadirkan adalah Novida Helena Putri, Alumni Prodi Akuntansi UII Program Internasional tahun 2012. Perempuan yang akrab dipanggil Helen ini bekerja sebagai Dosen Akuntansi di Universitas Teknologi Sumbawa.

Pertama kali Helen bercerita terkait bagaimana awalnya dapat masuk ke Akuntansi IP. Helen dulu merupakan pribadi yang sangat saklek terkait perguruan tinggi. Ia ingin masuk ke perguruan tinggi negeri mengingat sejak awal bersekolah di instansi negeri. Namun memang belum rezeki, ia belum bisa masuk PTN. Atas referensi dari ayah dan saudara, serta melakukan riset mandiri, Helen tertarik masuk UII.

Awalnya ia merasa ragu saat akan masuk international program, namun setelah melalui serangkaian tes dan mempelajari kembali output-output Akuntansi IP ia merasa tidak percuma masuk di IP.

“Jadi dulu awal daftar kepikirannya ujung-ujungnya pengin jadi akuntan. Tapi saya gatau akuntannya pengin jadi gimana. Maksudnya di perusahaan mana. Cuma Ketika saya masuk di akuntansi terus kenal dengan international program kaya ini sebuah peluang. Peluang untuk Karena saya masuk IP saya berbeda, bisa luas jangkauan saya,” tutur Helen.

Terkait pembelajaran dengan Bahasa inggris, Helen memang sudah mengetahui sejak awal. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri untuknya mengingat sejak sekolah dasar belajar di sekolah negeri. Namun karena memang menyukai tantangan, Helen mengambil risiko tersebut dengan pikiran jika ia bisa kedua Bahasa, mengapa tidak.

Helen juga bercerita tentang lingkungan perkuliahan di IP yang sangat menyenangkan dan suportif. Di Gedung IP memang diharuskan untuk berbicara menggunakan Bahasa inggris kepada rekan, staf akademik, dan sebagainya. Namun sesama mahasiswa saling menghargai kemampuan masing-masing sehingga dapat bertahan dan terbantu satu sama lain.

Tidak ketinggalan, Helen menjelaskan tentang Outbound Management Training (OMT). “Dari OMT membentuk pribadi yang mandiri, mampu memecahkan masalah, dan itu saya enjoy banget berada di IP Accounting masa lalu itu,” tutur Helen.

Setelah menggeluti dunia pekerjaan, Akuntansi IP ternyata memberikan kontribusi bagi pribadi Helen. “Di Accounting UII saya menjadi open minded. Terbuka dalam hal perbedaan. Saya saya kuliah saya ketemu dengan orang dengan berbagai macam latar belakang. Saya belajar jadi orang yang harus open minded, menghargai perbedaan, dan saya belajar menerima kritik dari saat presentasi di kelas,” tutur Helen. Helen juga menambahkan semua hal itu berguna saat ia pindah ke kota lain yang berbeda dari daerah asalnya. Semua soft skill, hard skill, dan pengalaman selama berkuliah di Akuntansi IP sangatlah menunjang untuk karir Helen sebagai dosen. (retn0/utami)

Mahasiswa Akuntansi UII Raih Sertifikasi SAP-ABAP

Mahasiswa Prodi Akuntansi Universitas Islam Indonesia kembali menorehkan prestasi, yakni berhasil memeroleh sertifikasi SAP-ABAP. Dilansir dari laman SAP-Press, ABAP (Advanced Business Application Programming) merupakan nama bahasa pemrograman generasi keempat milik SAP yang secara khusus dikembangkan untuk pemrosesan data massal dalam aplikasi bisnis SAP.

Tedy Yudi Permadi menjadi mahasiswa pertama Prodi Akuntansi yang memeroleh sertifikat ini pada Rabu (17/05). Tedy telah lulus sertifikasi ERP SAP-ABAP dengan memanfaatkan fasilitas “Free SAP Certification” dari SAP. Fasilitas ini diberikan kepada mahasiswa karena Prodi Akuntansi UII merupakan member pada SAP University Alliances. Direktur ERP Competence Center Prodi Akuntansi FBE UII, Dra. Isti Rahayu, M.Si., Ak., CA., Cert.SAP turut menyampaikan selamat atas keberhasilan Tedy dan tentunya hal tersebut sekaligus membuktikan bahwa Prodi Akuntansi UII merupakan prodi akuntansi dengan basis teknologi.

“Keberhasilan Teddy Yudi Permadi tentunya menjadi penyemangat  bagi 40 mahasiswa Prodi Akuntansi UII yang saat ini sedang mempersiapkan SAP certification pada bebagai modul antara lain SAP S/4HANA Financial Accounting, SAP S/4HANA Management Accounting dan juga mahasiswa yang akan mengambil sertifikasi  SAP S/4HANA Business Process Integration,” tutur Isti.

Tedy juga mengungkapkan peluang kerja menjadi konsultan SAP untuk jangka panjang sangatlah bagus sehingga ia mengambil sertifikasi tersebut. Tidak hanya itu, Tedy memang sejak awal mempunyai ketertarikan di bidang Teknologi Informasi (TI). “Saya ambil sertifikasi SAP karena peluang kerja dan ketatnya saingan lulusan akuntansi di dunia kerja, maka dari itu saya ambil sertifikasi. Khususnya SAP,” tutur Tedy.

Sama seperti mengambil sertifikasi lainnya, sertifikasi ini juga mempunyai tantangan tersendiri. Tedy mengatakan bahwa SAP-ABAP di Akuntansi masih jarang sehingga sumber informasi materi yang tersedia dan pembimbing masih minim. Untuk menyiasati hal tersebut, Tedy mencari informasi melalui SAP-Community. “Saya juga minta advice sama dosen ERP, Bu Prima. Tapi mostly saya cari informasi di SAP Community,” ungkap Tedy.

Tidak hanya itu, Tedy juga membagikan kebiasaanya dalam mempelajari SAP-ABAP selama delapan bulan. Tedy belajar selama lima hari dalam seminggu, kemudian satu hari digunakan untuk mengulang materi dan latihan soal, serta satu hari lainnya digunakan untuk refreshing.

“Kunci utama saya konsisten karena saya suka dengan teknologi. Jadi saya memang dedikasi buat belajar SAP-ABAP Programming Language,” ujar Tedy.

Di akhir wawancara, Tedy berpesan bagi anak akuntansi yang berminat terjun di bidang SAP Developer maupun bidang Informasi Teknologi (IT) lainnya. Jangan takut untuk mencoba dan jangan merasa minder sama jurusan IT, karena kita yang jurusan non-IT juga bisa terjun ke bidang tersebut. Never give up dan don’t stop learning something new,” tutupnya.

Dari pengalaman Tedy ini sekaligus dapat dijadikan motivasi bagi mahasiswa Akuntansi UII yang lain, bahwa mendapat sertifikat di bidang IT bukanlah suatu yang mustahil bagi mahasiswa akuntansi. 

Untuk calon mahasiswa baru, tertarik menjadi The Next Teddy? Yuk daftarkan dirimu di Program Studi Akuntansi UII dengan klik tautan ini.

 

FBE UII GELAR PERKULIAHAN LURING

Prodi Akuntansi mengadakan sosialisasi terkait kuliah luring (luar jaringan) bagi mahasiswa Angkatan 2020 dan 2021 (23/05). Dalam sosialisasi tersebut, Rifqi Muhammad S.E., M.Sc., Ph.D. selaku Sekretaris Prodi Akuntansi FBE UII menjelaskan terkait teknis dan mekanisme kuliah luring sesuai dengan Surat Edaran Nomor: 344/DEK/10/Div.URT/II/2022 yang dikeluarkan oleh Fakultas Bisnis dan Ekonomika pada 22 Februari 2022. 

Dalam hal ini Dr. Mahmudi, S.E., M.Si., Ak., CMA., CA. selaku Ketua Prodi akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika menghimbau bagi mahasiswa untuk segera mendapatkan vaksin  di fasilitas Kesehatan terdekat. “Dihimbau mahasiswa yang belum vaksin mohon lengkapi setidaknya dosis dua dan tetap menerapkan protokol kesehatan mencuci tangan menggunakan hand sanitizer dan jaga jarak,” ujar Mahmudi.

Lebih lanjut, Rifqi menjelaskan terkait Surat Edaran Nomor: 344/DEK/10/Div.URT/II/2022. Beberapa poin penting diantaranya terkait hal-hal yang berkaitan dengan perkuliahan tatap muka, salah satunya adalah ketentuan bagi mahasiswa yang berada di luar Yogyakarta.

“Bagi mahasiswa yang berada di luar Jogja dan hendak mengikuti kuliah luring diwajibkan paling lambat berada di Jogja 7 hari sebelum 30 Mei. Jadi kami harapkan anda semua dapat mempersiapkan segala kebutuhan ya,” ujar Rifqi.

Adapun terkait durasi perkuliahan selama luring ini adalah 75 menit. Setiap kelas diisi dengan ketentuan 75% dari kapasitas normal dan tetap menggunakan masker selama berada di ruang kelas. Hal lain terkait mahasiswa Fakultas Bisnis dan Ekonomika ke depan jika terjangkit covid-19, FBE telah menyiapkan mitigasi skenario penanganan covid-19 yang dapat diakses melalui UII lapor dan hotline Satgas Covid  FBE UII pada nomor: 0821-1700-4001.

Namun, kuliah luring ini belum berlaku bagi mahasiswa internasional program akuntansi. Setelah UTS semua kelas masih dilaksanakan secara daring, hal ini dikarenakan mempertimbangkan mahasiswa internasional yang belum tiba di Indonesia sehingga memberi kesempatan bagi mereka untuk mempersiapkan diri mengikuti kuliah luring. Dengan harapan semester depan perkuliahan bagi international program dapat dilaksanakan secara luring. Bersamaan dengan hal tersebut, diharapkan perkuliahan di kelas reguler pada semester depan juga dapat dilaksanakan 100% secara luring dengan mempertimbangkan hasil evaluasi dari perkuliahan luring pada semester ini.

Tidak ketinggalan terkait ujian seperti skripsi/tesis, ujian komprehensif, dan juga pembimbingan skripsi atau tugas akhir akan dilakukan secara luring per 1 juli 2022 dengan ketentuan telah mendapat izin tim UII SIAGA Covid-19 tingkat fakultas/ universitas. (utami/retno)

Mahasiswa UII Melakukan Study Abroad di Tengah Pandemi

Accounting UII kembali lagi dengan series podcast IP yaitu  SPASI#2 – Seri Podcast Akuntansi. Dalam podcast kali ini,  Asaquita Sophie Premarci dan Firman Nusra Andiko membahas program student exchange dan double degree yang tengah mereka diikuti di Saxion University of Applied Sciences. Selama podcast berlangsung, Firman dan Asaquita berbagi terkait persiapan dan alasan memilih Belanda sebagai negara tujuan dalam melanjutkan studi.

Asaquita menjelaskan terkait program exchange student yang tengah ia ikuti yaitu kredit transfer selama satu semester atau 6 bulan. Sedangkan Firman menceritakan bagaimana keikutsertaannya dalam program double degree. Terdapat perbedaan antara antara student exchange dan double degree yaitu bisa milih mata kuliah yang ingin diampu dengan syarat pemenuhan minimal kredit yang harus diambil. 

Program student exchange sendiri biasanya dibuka di dua musim yakni summer dan winter. Sedangkan Double degree waktu pelaksanaannya berlangsung selama 1 tahun atau dua semester. Mata kuliah yang ditempuh selama dua semester tersebut sudah ditentukan berdasarkan hasil kerjasama antara Saxion University dan Universitas Islam Indonesia. 

Terkait alasan sendiri, Firman dan Asaquita mempunyai pendapat yang berbeda.

“Alasan double degree saya belum pernah belajar di luar negeri. Kesempatan kuliah di luar negeri sangat mahal. Ketika tahu ada kesempatan di luar it’s an easy choice for me buat ambil dan benefit double degree lebih banyak,” ucap Firman. 

Sedangkan Asaquita berbagi alasan mengambil student exchange.  ”Ada personal reason kenapa memilih exchange karena juga bisa transfer kredit dan lebih ke situasi yang nggak dikontrol karena Covid saat itu, kemudian liat kondisi lebih baik jadi langsung ambil student exchange,” tutur Asaquita.

Kendati saat ini Firman sedang menempuh studi di Belanda. Namun belanda bukan pilihan pertamanya. Hal ini dikarenakan pilihan pertama yaitu Nanjing University telah menutup penerimaan mahasiswa dari luar karena covid-19. Oleh karena itu, dipilihnya Belanda melalui pertimbangan yang salah satunya adalah negara di Eropa yang memberlakukan sistem open border pada saat itu dan mempertimbangkan biaya yang murah. 

Adapun syarat untuk mengajukan  student exchange dan juga double degree tidak jauh berbeda. Akta kelahiran yang telah dilegalisir, transkrip nilai dan syarat-syarat lain untuk pengajuan visa. Adapun untuk double degree ada beberapa persyaratan tambahan yaitu IPK minimal 3,25 dan IELTS minimal 6.

Untuk proses belajarnya sendiri, Asaquita mengakui bahwa tidak ada banyak perbedaan sama seperti di Program Internasional UII. Terdapat banyak diskusi dan presentasi, akan tetapi satu pembeda yang cukup signifikan yakni  kehadiran di kelas tidak terlalu penting. “It doesn’t really matters ketika kamu nggak hadir di kelas. Tidak akan pengaruh ketika kamu mau exam,” ucap Asaquita. Dalam student exchange yang ia ikuti, Asaquita mengambil mata kuliah yang  menurutnya menarik dan challenging yaitu international commercial law dan supply chain management. 

Walaupun kedua mata kuliah itu tidak berkaitan langsung dengan akuntansi akan tetapi ia mengaku ini semacam privilege yang ia dapatkan ketika berkuliah di Saxion University. Perbedaan lain menurut Firman adalah terkait jumlah mata kuliah yang diampu tiap semester. “Kalo disini semester disebut quarterly dan kita ujian tiga bulan sekali juga mata kuliah yang diambil tiap semester hanya 4 jadi tidak terlalu banyak,” tutur Firman. 

Tidak hanya membagikan tentang pengalaman perkuliahan saja, Asaquita dan Firman juga kehidupannya di Belanda. Saat pertama kali tiba, Firman dan Asaquita mengaku mengalami culture shock karena di Belanda sepeda digunakan sebagai moda transportasi utama dan pelegalan ganja sering dirasakan ketika di luar. Belanda negara yang cukup ramah bagi pendatang, hal ini dikatakan oleh Firman ketika ia pertama kali tiba di bandara mereka sangat membantu.

Di akhir, Firman berbagi tips untuk persiapan studi di luar negeri. Requirement harus dipenuhi sesegera mungkin jangan sampai hectic sebelum berangkat. Usahakan telah menyelesaikan segala persyaratan termasuk urusan visa sehingga di hari-hari menjelang keberangkatan bisa lebih mempersiapkan mental. Berbeda dengan Asaquita ia lebih menekankan pada semangat yang harus dipertahankan dan jangan ada perasaaan ragu di hati. “It’s your change once on lifetime,” tutup Asaquita. (Utami/Retno)

Mengenal Lebih Dekat: Tim Media Sosial Prodi Akuntansi UII

Media sosial merupakan salah satu sarana penghubung yang paling manjur bagi sebuah institusi dan audiensnya. Kekinian, mulai dari Instagram, Youtube, hingga Twitter pun menjadi beberapa platform yang ramai digunakan oleh institusi-institusi. Mulai dari lembaga pemerintahan, perusahaan, hingga sekolah maupun universitas pun turut serta meramaikan perkembangannya. Tak kalah, Program Studi Akuntansi Universitas Islam Indonesia juga terus mengikuti perkembangan tren yang ada melalui sosial media resminya. Mulai dari Instagram, Twitter, Youtube, dan Website resmi Prodi Akuntansi UII terus memberikan update informasi-informasi dengan cara milenial.

Tentunya setiap media sosial memerlukan pengelolaannya masing-masing, begitupun dengan sosial media Prodi Akuntansi UII. Prodi Akuntansi UII memiliki tim khusus untuk mengelola semua social media resminya. Mulai dari content creator, copywriter, hingga social media admin di-handle oleh tim ini. 

Copywriter Instagram

Narendra, sebagai Person-in-Charge (PIC) Copywriter Instagram (accounting.uii), bercerita selama ia membuat konten sosial media. Ia tidak hanya membuat konten, tetapi juga membuat caption dan melakukan identifikasi ulang sebelum melakukan publikasi. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi kesalahan dan kesesuaian konten.

Copywriter Twitter

Berlian (PIC Twitter) menerangkan tugasnya selama mengelola akun twitter Akuntansi UII (Accounting_UII). Sebagai PIC sendiri bertugas untuk memantau tren pasar dan menyesuaikannya dengan goals yang ingin dicapai.

“Soalnya seperti yang kita tahu kalo pergerakan di sosial media itu cepet banget. Jadi tetap perlu penyesuaian-penyesuaian biar tetep gak ketinggalan jaman. Juga, mengelola konten yang menarik agar engagement ttp bisa sesuai harapan. Seru sih! Banyak hal-hal baru yang bisa dipelajari selama berproses bersama Tim Media Prodi Akuntansi UII,” ucap Berlian.

Design

Ivana (PIC Design Twitter) menjelaskan selain mendesain konten, tim desain juga melakukan pengecekan ulang apakah konten termasuk sensitive atau perlu diubah agar menjadi lebih menarik. Antar anggota Tim Desain mempunyai kebiasaan untuk saling memberikan masukan design satu sama lain dan memberikan reminder.

Admin

Ridani (PIC Admin) menjelaskan secara garis besar tugas admin adalah memposting konten yang telah dibuat di akun Akuntansi UII baik Instagram maupun Twitter. Admin juga dituntut untuk aktif membalas komen ataupun direct message. Terkait pelaporan insight setiap postingan juga dicantumkan ke Editorial Planning.

Jurnalis

Retno (PIC Website) bercerita bahwa tugas utama seorang jurnalis adalah menulis artikel untuk diupload di website Akuntansi. Artikel dapat meliputi berita event yang diselenggarakan oleh Prodi Akuntansi, prestasi mahasiswa, hasil wawancara, hingga ringkasan artikel ilmiah.

Menjadi bagian dari Tim Media Sosial Prodi Akuntansi UII merupakan sebuah hal yang membanggakan. Selain tentunya menambah banyak wawasan baru, bergabung menjadi bagian tim juga secara langsung telah mendukung dalam perkembangan Prodi Akuntansi UII itu sendiri. Kalian gimana nih, Sob.. tertarik? Yuk ikuti Open Recruitment Tim Media Sosial Prodi Akuntansi melalui tautan ini! (Retno/Berlian)

Perkembangan Fintech Syariah di Indonesia

Perkembangan teknologi yang masif mengakibatkan berbagai layanan keuangan turut berkembang pesat. Karena inilah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Bank Indonesia ikut memperhatikan perkembangan yang ada. Pengawasan terhadap fasilitas transaksi keuangan secara online, atau yang kemudian kita sebut dengan Fintech (Financial Technology) ketat dilakukan. OVO, Gopay, Shopeepay, Kredivo merupakan beberapa contoh Fintech yang umum digunakan oleh masyarakat Indonesia.

Sayangnya ASEAN pertumbuhan jumlah Fintech melambat pada tahun 2021. Mengutip Laporan Fintech in ASEAN 2021 melalui Katadata, pada 2018 jumlah perusahaan Fintech bertambah 586 perusahaan, namun sayangnya berkurang menjadi 411 perusahaan pada tahun 2019. Kemudian pada tahun 2021 hanya bertambah 107 perusahaan. 

Pada kuartal kedua 2020, Asosiasi Fintech Indonesia menyebutkan jumlah penyedia layanan pembayaran dompet digital mengalami kenaikan seperti pada bagan di bawah ini.

 Sumber: Databoks Katadata

Penggunaan Fintech sudah tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan sehari-hari terutama oleh generasi muda. Menurut laporan Asosiasi Fintech Indonesia melalui Katadata, mayoritas pengguna Fintech jika ditilik dari rentang usia, berada pada rentang 25-35 tahun.

Sebelum menilik lebih jauh, menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Fintech merupakan sebuah inovasi pada industri jasa keuangan yang memanfaatkan penggunaan teknologi. Sedangkan Fintech syariah merupakan layanan atau produk keuangan yang menggunakan teknologi dengan basis skema syariah (Rusydiana, 2018). Kemunculan Fintech syariah di Indonesia merupakan respon terhadap perkembangan perusahaan Fintech konvensional yang menggunakan instrumen bunga dalam operasionalnya (Muhammad & Lanaula, 2019). Layanan Fintech syariah di Indonesia diatur dalam fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) nomor 117/DSN-MUI/II/2018 tentang Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi berdasarkan Prinsip Syariah.

Fintech syariah mempromosikan keuangan yang bertanggungjawab secara etis dan menghadirkan peluang untuk memimpin dan mempengaruhi semua bentuk keuangan secara global (Rusydiana, 2018). Pertumbuhannya pun menunjukkan angka yang positif dari waktu ke waktu. Dilansir dari Katadata, merujuk pada Global Fintech Islamic Report 2021, layanan Fintech syariah di Indonesia berada pada urutan kelima. Dalam laporan tersebut, pasar Fintech syariah di Indonesia mencapai Rp 41,7 triliun atau US$ 2,9 miliar. Asosiasi Fintech Syariah Indonesia (AFSI) mencatat saat ini jumlah Fintech syariah terdapat 17 Fintech yang sudah berizin operasional, terdiri dari peer-to-peer lending, inovasi keuangan digital, dan securities crowdfunding. Jumlah tersebut masih cukup sedikit mengingat Fintech syariah masih termasuk baru di Indonesia. 

Pertumbuhan Fintech syariah di Indonesia memiliki potensi dan peluang yang sangat besar, mengingat negara ini mempunyai penduduk muslim terbesar di dunia. Banyaknya kaum muda yang mulai aware terhadap transaksi syariah juga menjadi kesempatan yang menjanjikan bagi pasar Fintech di Indonesia. 

Rusydiana (2018) menerangkan dalam artikelnya selain memiliki peluang yang cukup besar, tetapi Fintech syariah juga menghadapi permasalahan dan tantangan dalam perkembangannya antara lain yakni masih kurangnya instrumen kebijakan yang mengatur proses kerja, ketersediaan sumber daya manusia, risiko keamanan yang tinggi dan belum menjangkau ke konsumen kelas bawah. (retno/berlian)