Strategi Menjaga Kinerja Keuangan dan Kepatuhan Syariah BPRS
Prodi Akuntansi FBE UII Kembali menyelenggarakan kuliah umum online dengan tajuk Ekonomi dan Keuangan Islam dengan studi kasus Bank Syariah UII: Strategi Menjaga Kinerja Komersial dan Kepatuhan Syariah di Masa Pandemi Covid-19 pada Jumat (15/07). Kuliah umum ini ditujukan untuk mahasiswa yang sedang mengambil mata kuliah Ekonomi Keuangan Islam dan Audit Syariah. Dalam kesempatan ini, Direktur BPRS Unisia Insan Indonesia, Agung Hartanto, hadir untuk memberikan materinya.
Dalam sambutannya, Ketua Prodi Akuntansi, Mahmudi, menyampaikan adanya kelas umum online yang menghadirkan praktisi ini untuk menjembatani gap antara teori yang selama ini telah dipelajari di kelas dengan praktik kondisi di lapangan. Selain itu, Mahmudi berharap hal ini dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa untuk berkiprah di dunia ekonomi dan keuangan islam yang cukup potensial di masa kini dan yang akan datang.
Priyonggo Suseno selaku Ketua P3EI UII turut hadir memberikan pengantarnya.
“Menulis kasus berbasis dari syariah ini mempunyai 2 kepentingan. Pertama menghadirkan gaya baru dalam pembelajaran yang berbasis pengayaan di lapangan. Kedua, ingin ada jalinan yang lebih erat antara dunia akademik dan industri,” ungkap Priyonggo.
Terdapat perbedaan mendasar antara BPRS dan bank konvensional lainnya yakni BPRS tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Selain itu BPRS hanya dapat membuka kantor dalam satu wilayah provinsi. Agung menyatakan dalam kasus BPRS Unisia hanya dapat membuka kantor di wilayah Provinsi Yogyakarta saja. Tidak dapat membuka di kota lain namun dalam operasionalnya dapat melakukan pemasaran ke provinsi yang lain.
BPRS mempunyai tekanan bisnis selama pandemi yang telah berlangsung sejak 2020. Agung mencontohkan dalam perbandingan BPRS di Yogyakarta per Desember 2021, beberapa bank mempunyai permasalahan dalam pembiayaan karena kondisi pandemi tersebut menyebabkan penagihan-penagihan menjadi terdampak. Dalam kasus BPRS Unisia masih dapat memperoleh laba walaupun masih belum memenuhi target yang dicanangkan.
Untuk mencapai kinerja positif selama 2020-2021 BPRS Unisia melakukan beberapa strategi.
”Kami melakukan pemetaan terhadap biaya-biaya yang bisa dilakukan penghematan. Ada 19 item biaya yang kami kaji ulang untuk dilakukan penghematan sebagai salah satu upaya menjaga bank berjalan dengan baik,” tutur Agung.
Pendapatan atas pembiayaan di BPRS Unisia mengalami penurunan signifikan dibandingkan sebelum pandemi yang selama ini bagus. Hal ini diakibatkan nasabah tidak dapat memenuhi kewajiban mengangsur seperti yang seharusnya dengan meminta relaksasi atau penundaan pembayaran. Sebagai contoh, nasabah UMKM yang berada di lingkungan Kampus UII yang pada awalnya membayarkan angsuran kurang lebih 7,5 juta turun menjadi hanya 500 saja. Kondisi ini sangat berat untuk bank dan UMKM tersebut. Penanganan selanjutnya atas kasus tersebut yakni BPRS Unisia melakukan perbaikan kualitas pembiayaan. Nasabah nasabah didata ulang dengan melakukan mapping berdasarkan kemampuan pembayaran angsuran dan sebagainya.
Agung menyampaikan 90 persen nasabah BPRS Unisia merupakan UMKM yang bergerak pada sektor kesehatan, pangan, telekomunikasi, perdagangan, dan lain-lain. “Karena sektor tersebut mengalami restrukturisasi, kami mulai membidik sektor lama yang tetap eksis selama pandemi yakni pembiayaan pada sektor perumahan subsidi,” ungkap Agung. BPRS Unisia dalam rencana bisnis selanjutnya akan memulai menjalankan beberapa program baru yakni kas keliling untuk sekolah dan pasar, tabungan berhadiah atas kerjasama dengan beberapa BPRS, dan optimalisasi penggunaan teknologi. Agung juga mengungkapkan ada satu hal yang menjadi kendala di perbankan terutama BPRS yakni rekrutmen menjadi hal yang sangat penting dan tidak mudah dipenuhi terlebih di posisi marketing.