Prodi Akuntansi UII Gelar Webinar Analitika Data Keuangan Perbankan

Webinar Analitika Data Keuangan PerbankanProgram Studi Akuntansi UII mengadakan webinar pada Sabtu (16/07) dengan tajuk Analitika Data Keuangan Perbankan dengan narasumber Muharto, M.Sc, CISA, CISSP. selaku Information Security Division Head PT Bank Rakyat Indonesia (BRI). Dalam webinar tersebut, Muharto menjelaskan perbedaan antara audit finansial dan audit IT. Audit finansial yaitu menganalisis laporan keuangan dengan metode yang telah ditentukan dan vouching sedangkan audit di bidang IT yaitu audit yang dilakukan meliputi teknologi yang digunakan. “Surrounding IT yang meliputi aplikasi yang generate aplikasi kemudian aplikasi tersebut diperiksa bagaimana cara kerjanya, pengolahan data, komputer yang digunakan apakah sehat. Kemudian pemeriksaan os storage dan database untuk memastikan laporan keuangan yang didapatkan dari sistem ini tercipta dari aplikasi yang sehat  dan memastikan laporan keuangan yang dibuat oleh sistem wajar,” ujar Muharto.

Masalah yang sering dihadapi di era digital ini adalah fraud yang dilakukan dalam ruang lingkup sistem perbankan. Pelaku fraud ini masuk dalam kategori  legitimate user dengan format social engineering yang marak terjadi dimana data nasabah ada pada pelaku. Adapun lebih lanjut, untuk menindaklanjuti hal tersebut dibutuhkannya kontrol terhadap fraud. Dalam prakteknya, kontrol yang paling utama terhadap fraud adalah people dengan security awareness, user security training,  dan security awareness drill yang terus ditingkatkan. Muharto juga menambahkan untuk meningkatkan kontrol terhadap people perlu ditingkatkan edukasi baik bagi nasabah maupun bagi pekerja. 

Untuk sistematika dalam mendeteksi  fraud sendiri, Bank BRI menggunakan Fraud Detection System berupa Supervised Machine Learning di mana Train Data digunakan sebagai pembeda transaksi fraud dan genuine dari informasi yang diterima dari  nasabah melalui call center. Fraud Detection System sendiri, diharapkan dapat mendeteksi tindakan fraud yang dilakukan oleh frauders dalam hal ini dilakukan melalui mempelajari pattern yang dilakukan melalui machine learning dan memenuhi kebutuhan regulator sesuai peraturan OJK No.39/POJK.3/2019 tentang penerapan strategi anti fraud. 

Muharto menjelaskan bahwa akuntan mempunyai kesempatan yang tinggi di bidang ini, saat ini di lapangan banyak dibutuhkan orang-orang yang mengerti cara kerja sistem keuangan termasuk yaitu akuntansi yang digunakan dan cara kerja IT. “Hal ini bertujuan jika nanti terjadi masalah dalam aplikasi keuangan tersebut, maka bisa langsung pinpoint masalahnya dimana dia mengerti proses sistem akuntansinya dan sistem IT. Jadi saat ini saya diberi peranan penting karena dianggap dapat menjembatani antara akuntansi dan IT,” ucap Muharto. Di akhir, Muharto berpesan bahwa dalam mengejar karir sebagai seorang akuntan di bidang IT, tidak hanya dilandasi oleh rasa suka tapi juga harus dilandasi dengan pendidikan. (Utami/retno)