Kisah Zavierro: Ramadhan di Belanda Sebagai Double Degree Student
Zarvierro Alam Arsy, seorang mahasiswa yang memulai perjalanan akademiknya di Universitas Islam Indonesia (UII) pada tahun 2020, kini menjalani pendidikan double degree yang mengesankan di Belanda. Dengan semangat yang tak kenal lelah dan tekad yang kuat, Zarvierro melangkah ke tanah Eropa untuk mengejar keahlian ganda di Saxion Applied University (SAU).
Tantangan baru muncul ketika Zarvierro sedang melaksanakan ibadah puasa di Belanda. Meskipun jadwal buka puasa dan subuh yang bervariasi setiap harinya menjadi sebuah kenyataan yang harus dihadapi, “Terutama saat awal dan akhir Ramadhan, menjadi sebuah kenyataan yang harus kami hadapi dengan kesabaran dan keteguhan hati. Misalnya, pada awal Ramadhan azan maghrib bisa jatuh pada jam 18.33, sementara pada akhir Ramadhan bisa jatuh pada jam 20.25, yang tentunya mengharuskan kami untuk menyesuaikan pola hidup dan rutinitas sehari-hari.” Namun, Zarvierro tetap menjaga semangat dan ketekunan dalam menjalankan ibadah puasa di tengah kesibukan akademisnya.
Melalui keterlibatannya yang berdedikasi dan semangat belajar yang tiada henti, Zarvierro menjadi representasi hidup dari keinginan untuk mencapai kesuksesan melalui pendidikan yang beragam dan global, sambil menjaga teguh nilai-nilai agama. Perjalanan akademisnya bukan hanya mencerminkan kecemerlangan pribadi, tetapi juga menunjukkan betapa pentingnya perspektif internasional dalam mengejar impian, bahkan di tengah-tengah tantangan agama.
Dalam menjalankan kuliah di Belanda selama bulan Ramadhan, Zarvierro tidak memiliki jadwal belajar yang spesifik. Pasalnya, kuliah di Belanda cenderung tidak begitu padat, memberikan cukup banyak waktu kosong terutama pada hari Jumat, Sabtu, dan Minggu. Meskipun begitu, Zarvierro tetap berusaha memanfaatkan waktu dengan bijak, “Saya mengatur jadwal belajar dan istirahat secara fleksibel, dengan memperhitungkan jam-jam terbaik untuk berkonsentrasi dan beristirahat. Selama bulan Ramadhan, saya berupaya untuk menyesuaikan jadwal belajar dan istirahat dengan jam-jam ibadah dan waktu berbuka puasa.” Dengan demikian, Zarvierro dapat menjaga keseimbangan antara ibadah, akademik, dan istirahat, sehingga tetap dapat menjalankan kuliah dengan konsentrasi dan produktivitas yang optimal.
Meskipun tidak ada fasilitas khusus untuk mahasiswa yang menjalankan ibadah puasa, tetapi SAU menyediakan mushola bagi mahasiswa Muslim. Dalam pandangan teman-teman dan dosen di lingkungan akademis Belanda, praktik puasa mungkin tidak begitu terpahami secara luas, “Orang Belanda mungkin tidak begitu akrab dengan konsep puasa, sehingga kehidupan sehari-hari tetap berjalan seperti biasa tanpa perubahan yang signifikan” Ujar Zarvierro. Menjalankan praktik agama, mungkin tidak terlalu banyak dukungan yang dirasakan, namun hal ini tidak menghalangi mahasiswa yang menjalankan puasa untuk tetap melaksanakan ibadah dengan tekad dan ketekunan pribadi.
Selama bulan puasa, Zarvierro berupaya menjaga kesehatan fisik dan mental dengan bijak menggunakan waktu istirahat yang ada, “Meskipun ada tuntutan akademik yang mungkin intens, saya memanfaatkan waktu kosong untuk beristirahat secara optimal. Dari segi mental, keberadaan teman-teman Indonesia yang juga menjalankan puasa memberikan dukungan yang sangat berarti. Seringkali kami mengadakan buka bersama, yang tidak hanya memperkuat ikatan sosial tetapi juga membantu menjaga kesehatan mental, sehingga saya tidak merasa sendiri dan mampu menghadapi tantangan akademis dengan lebih baik.”(PI)