Kuliah Praktisi: A Digital Business definitely Starts from Problem, as Traveloka
Jumat, 27 Desember 2025 – Prodi Akuntansi UII menggelar kuliah praktisi dengan topik “Ekosistem Digital untuk Meningkatkan Kinerja Industri Pariwisata dan Kreatif”. Agenda ini dihadiri oleh Widya Listyowulan yang merupakan Vice President Traveloka, Public Policy & Government Relations.
Acara yang dimulai sejak pukul 9 pagi itu, dipenuhi oleh mahasiswa dari beberapa kelas mata kuliah Bisnis Digital dan Perpajakan yang diampu oleh Bapak Wirawan dan Bapak Arif Fajar. Meskipun dilaksanakan pada tanggal terjepit cuti nataru, tidak menyulutkan semangat mahasiswa untuk memenuhi Aula Utara FBE UII pagi itu(27/12). Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan wawasan bisnis digital yang telah diaplikasikan pada industri pariwisata, khususnya pada platform digital Traveloka.
“Siapa yang pernah menggunakan Traveloka” tanya Widya diawal presentasinya.
Traveloka adalah perusahaan teknologi yang menyediakan layanan perjalanan dan gaya hidup secara online. Traveloka didirikan pada tahun 2012 oleh Ferry Unardi, Derianto Kusuma, dan Albert Zhang. Awalnya, Traveloka berfungsi sebagai mesin pencari untuk membandingkan harga tiket pesawat. Kini, Traveloka telah berkembang menjadi platform yang menyediakan berbagai layanan perjalanan.
“A digital business definitely starts from problems, ketika mendapati masalah disitulah otak manusia mengeluarkan potensi terbaiknya dengan ide-ide kreatif yang sebenarnya masih sangat realistis untuk diwujudkan” jelas widya saat menceritakan asal mula terbentuknya Traveloka.
Hal yang paling penting ketika memiliki digital business adalah public policy dan menjaga digital customers. Widya sebagai seorang vice president dibidang public policy menerangkan bahwa, ada banyak aturan pemerintah yang perlu ditaati saat membangun sebuah bisnis. Selain itu, ada juga beberapa aturan yang perlu didiskusikan dengan pemerintah untuk mencari solusi terbaiknya. Hal ini akan menjadi concern, karena proses bisnis yang dijalankan digital business lebih transparan dan daily monitor bahkan oleh masyarakat luas. Oleh karena itu, para pelanggan dituntut untuk membaca setiap aturan yang melekat sebelum menjadi pengguna layanan.
Selain itu, hal yang paling identik dengan pelanggan adalah ulasan layanan setelah penggunaan. Kecepatan teknologi memberikan akses yang lebih kepada masyarakat untuk merekomdasikan atau bahkan memberikan kritik pedas terhadap layanan digital business. Hal ini perlu diwaspadai, sebab review yang baik akan mendatangkan lebih banyak orang, tetapi review yang buruk akan berakibat pada kepailitan perusahaan. Tantangan digital business adalah menjaga para digital customers dengan mendengarkan setiap kritik dan komplain, serta memberikan reward kepada mereka yang loyal.
“Ada satu hal menarik yang saya temukan saat riset market anak muda saat ini, mereka cenderung lebih suka dengan sesuatu yang beririsan dengan sustainability, gaya hidup sehat dengan rutin olahraga, membawa tumbler dan shopping bag untuk menghindari plastik; dan banyak hal lain. Hal ini yang kami coba kampanyekan pada produk-produk layanan Traveloka” jelas Widya.
Jika ditanya apakah digital transformation itu penting? Maka jawabannya sangat penting. Pergerakan teknologi yang terus berkembang mulai dari kemunculan AI hingga berbagai kemudahan hidup saat ini, menuntut manusia menemukan perannya. Orang-orang yang menjadi bagian dari transformasi itu bukan hanya engineer, tetapi analyst bahkan akuntan. Permasalahan yang terus baru, menuntut akuntan tidak hanya diam didepan buku besar dan jurnal laporan keuangan, tetapi juga andil dalam mencari solusi.
Satu hal yang ditekankan pada akhir materi Widya Listyowulan adalah “If you ready to start digital business, you must be ready to explore the complexity, aware more problems, and keep engage with the digital customers.” (AW)