Carbon Tax: Peluang dan Tantangan Implementasinya

Pada Sabtu (23/09) Program Studi Akuntansi FBE UII bekerja sama dengan Grant Thornton Indonesia menyelenggarakan kuliah praktisi dengan judul Carbon Tax: Peluang dan Tantangan Implementasinya. Dalam acara tersebut, Diduk Yunarto Senior Tax Manager Grant Thornton Indonesia hadir sebagai pembicara.

Saat ini pemanasan global tengah terjadi di dunia. Pemanasan global adalah suatu bentuk ketidakseimbangan ekosistem di bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata bumi. Akibatnya, suhu di bumi saat ini naik 1 derajat secara merata di seluruh dunia. Hal ini kemudian yang melatar belakangi penerapan kebijakan karbon di Indonesia. Pemerintah kemudian merumuskan paket kebijakan komprehensif terkait karbon yaitu melalui instrumen perdagangan dan non-perdagangan. Bersamaan dengan dikeluarkannya instrumen kebijakan non perdagangan, pemerintah melalui harmonisasi perpajakan pasal mengenai pajak karbon.

Pemerintah melalui harmonisasi perpajakan mulai merumuskan pasal mengenai pajak karbon, dengan landasan hukum yaitu UU HPP No. 7/2021 9 Pasal 13 yang diperkuat dengan landasan pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban pajak karbon melalui Perpres 98/2021 (Pasal 58) dan PP 55/2022 (Pasal 69 & 70). Dengan digarapnya peraturan terkait pajak karbon di Indonesia, Diduk berharap kebijakan yang diciptakan dapat memberikan pencerahan ketika pajak karbon telah diterapkan.

“Mudah-mudahan PSAK (re-Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) bisa memberi pencerahan ketika pajak karbon diterapkan pada tahun 2025 di samping ada PMK (re-Peraturan Menteri Keuangan). Ini untuk meminimalisir terjadi sengketa pajak terkait pengenaan dasar pajak karbon,” ujar Diduk.

Tujuan dirumuskannya pajak karbon sendiri menurut Diduk adalah mendukung penurunan emisi sehingga diharapkan dapat mengubah perilaku pelaku usaha dan beralih energi yang ramah lingkungan mengacu kepada ekonomi hijau. Perumusan ini juga mendorong inovasi dan investasi pelaku usaha dalam menciptakan produk rendah karbon. Diduk menambahkan pajak karbon dapat menjadi sumber penerimaan baru negara dengan estimasi penerimaan negara setiap tahunnya sebesar 43 Triliun Rupiah.

Di akhir, Diduk berpesan kepada mahasiswa akuntansi FBE UII untuk terus menambah pengetahuan dan ilmu terkait kebijakan karbon yang akan diterapkan oleh pemerintah pada tahun 2025. “Selalu update terkait peraturan dan perkembangan carbon tax mengingat negara kita banyak sekali mendapatkan investasi asing yang juga menjadi peluang bagi pendapatan negara yang berasal dari pemungutan atas pajak karbon,” tutup Diduk. (R)

Peringati Satu Dekade Kemitraan, Akuntansi UII Perkuat Kolaborasi dengan ACCA

Kamis (07/09) Prodi Akuntansi UII kembali menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) yang menandakan adanya pembaruan kerjasama antara UII dan ACCA. Acara yang digelar di Hotel Le Meridien ini sekaligus memperingati satu dekade kerjasama UII dengan ACCA.

Acara dengan tajuk “ACCA – UII: One Decade of Partnership” ini turut dihadiri perwakilan dari ACCA, Rektor, Dekan, dan Civitas Akademika UII. Perwakilan alumni ACCA UII juga turut hadir memeriahkan acara ini.

Acara ini menjadi collaborative space di mana mahasiswa, alumni UII, dan professional ACCA saling berbagi wawasan, pengetahuan, dan pengalaman dalam dunia profesi Akuntansi maupun kegiatan akademik ACCA di UII.

Acara ini terdiri dari dua sesi yakni, penandatanganan MoU dan Talkshow oleh perwakilan ACCA, alumni, serta mahasiswa UII. Penandatangan ini dilakukan langsung oleh Director Asia – Pacific at ACCA dan Rektor UII Fathul Wahid. “ACCA menjadi bagian untuk menjemput masa depan. Kami berusaha membekali mahasiswa kami berbagai program agar dapat berkompetisi dalam persaingan global,” ujar Fathul. 

Dalam pemaparannya Johan Arifin selaku Dekan Fakultas Bisnis dan Ekonomika menyampaikan bahwa ACCA tidak hanya menjadi kolaborator saja, tetapi juga membimbing kampus untuk mempersiapkan mahasiswa dengan kualifikasi terbaik. 

“Program ACCA menjadi jembatan untuk mahasiswa dalam mengeksplor dunia industri dan akademik,” ujar Johan.

Pada sesi selanjutnya, Nelva Qablina selaku mahasiswa UII yang juga menjadi narasumber acara tersebut bercerita mengenai bagaimana persiapan dia mengambil ujian ACCA. Nelva menerangkan bahwa pertama-tama ia mempelajari modul secara keseluruhan bersama dengan dosen-dosen di kampus. Pendekatan ini membantu mereka memahami materi secara mendalam dan memiliki pemahaman dasar yang kuat sebelum menghadapi ujian. Setelah ujian semester selesai (UAS), baru mulai melaksanakan latihan sendiri untuk persiapan ujian ACCA. “Aku juga highlight gimana aku ngorbanin full liburan semesterku buat preparation ujian ACCA gitu,” ujar Nelva.

Prodi Akuntansi UII juga menyelenggarakan sesi-sesi khusus seperti “revision class” yang berguna untuk mempersiapkan diri secara intensif sebelum ujian dengah ACCA approved learning provider, seperti LSAF dari Malaysia. 

Selama acara tersebut, Nelva berkesempatan berbicara dengan banyak anggota ACCA dan perwakilan dari berbagai perusahaan, yang memberikan saran yang sangat berharga kepada mahasiswa akuntansi. “Terus yang menurutku paling memotivasi adalah ketemu sama alumni alumni UII yang dulu jadi ACCA students. Kaya insight gimana cara ngelamar kerja di big 4 terus gimana ACCA certification itu nge push career,” pungkas Nelva.

Data Analytic, Potensi Baru Lulusan Akuntansi

Data Analyst menjadi topik pembicaraan di antara jobseekers beberapa tahun terakhir ini. Pekerjaan yang dapat dilakukan di lokasi belahan dunia manapun ini menarik hati para pencari kerja. Alia Tungga Dewi, mahasiswa Akuntansi Angkatan 2020.

Untuk mengisi kebosanan selama cuti kuliah, Alia mencari-cari hal yang dapat ia lakukan hingga ia tidak sengaja membaca threads mengenai data analytic di twitter terkait pekerjaan remote dengan gaji dolar. “Saya baca threadnya. Isinya ada tentang Data analyst kaya gimana kerjanya, skill apa yang dibutuhin, persaingannya gimana,” ungkapnya.

Keingintahuannya mendorong untuk mencoba semua bootcamp yang direkomendasikan dalam thread tersebut mulai dari yang gratis hingga berbayar. Dari jobdesk dan workflow baru yang selalu dapat dieksplor, Alia merasa tertantang setiap mengerjakan project. 

“Setelah terjun saya ngerasa seru juga belajar data analyst. Saya yang ngga ada basic perkodingan merasa tertantang buat nyelesain project per projectnya. Terus juga pekerjaanya ngga monoton. Selalu ada hal baru yang ditemuin dan kerjanya juga bebas mau ngerjain kapan aja dan dimana aja yg penting responsibility sama kerjaannya,” ujar Alia.

Saat ini Alia telah memiliki berbagai portfolio yang didapatkan melalui bootcamp. “Portofolio itu saya bikin dari mengerjakan tugas yang dikasih pada saat bootcamp. Tapi ada juga yang bikin dari kaggle. Namum kalo di kaggle, saya bener-bener explore sebebas saya ngga ada brief atau hal spesifik yang mau dicari jadi kadang sedikit bingung apa aja yang mau diexplore,” ujar Alia.

Alia juga bercerita bagaimana ia menjadi mentor fellowship Yayasan Anak Bangsa Bisa dalam event Generasi Gigih. Career coach Alia saat masih belajar di bootcamp menawarkannya kegiatannya ini. 

Career coach saya itu bekerja di gojek bagian senior risk analyst. Kebetulan beliau ditawarin untuk menjadi mentor fellowship ini. Namun menurutnya kalau diambil takutnya pekerjaannya yang lain ngga ke-handle. Jadi saya ditawarin. Setelah itu saya apply secara formal melalui webnya gojek,” tutur Alia. 

Sebagai mentor fellowship, Alia berperan sebagai capstone project yang membantu students dalam mengerjakan project dalam project internship mereka. Mulai dari technical feedback, code quality review, dan career advice kedepannya.

Di akhir sesi wawancara, Alia berpesan kepada sesama mahasiswa untuk explore hal apapun yang disukai dan belum pernah dilakukan. “Mumpung masih muda, coba investasi leher ke atas. Explore apapun yang disuka dan belum pernah dilakuin selama itu hal positive dan bisa naikin value diri,” tutupnya. (R)

 

Raih Gelar Ganda, Mahasiswi Akuntansi UII Lulus Joint Degree Nanjing Xiaozhuang University

Mahasiswi sedang mengikuti Wisuda di NXU

Dua mahasiswi Program Studi Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII) telah menyelesaikan program joint degree di Nanjing Xiaozhuang University (NXU) China. Program ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memperoleh program gelar sarjana ganda dari dua universitas yang berbeda. Mahasiswa akan menyelesaikan dua tahun kuliah di UII dan dua tahun di NXU.

Nurul Hanifah Rahmadhani, S.Ak., B.A., lulusan mahasiswa Prodi Akuntansi FBE UII yang kini memiliki dua titel di belakang namanya ini baru saja menamatkan pendidikannya pada bulan Juni 2023 . Pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat di China yang bahkan hampir menyaingi Amerika Serikat menjadi alasan Hanifah mengambil joint degree di NXU. Motivasi itu diperkuat dengan jurusan yang tengah ia tekuni yang bersinggungan dengan perekonomian dunia.

“Di NXU jurusan saya adalah International Economics and Trade, sehingga di sana saya lebih fokus ke ekonomi internasional seperti ekspor dan impor, international settlement, cross border e-commerce, dan lain-lain,” ungkap Hanifah. 

NXU memberikan kesempatan juga kepada Nabilah Suyu Wardhani untuk mempelajari international trade melalui software CESIM, SIMTRADE, dan Alibaba. Mereka mendapatkan pengalaman dan pemahaman tidak hanya bersifat teori di dalam kelas saja tetapi juga di luar kelas melalui company visit dan magang. 

Program joint degree memberikan peluang untuk memperluas jaringan profesional dan interkultural mahasiswa. Mahasiswa yang menyelesaikan program ini memiliki keunggulan kompetitif di pasar kerja global dan karir internasional yang lebih baik. Program ini menjadi pilihan yang menarik bagi mahasiswa yang ingin meningkatkan prospek karir. Menambah kesempatan untuk menggabungkan ilmu disiplin yang berbeda bahkan mempelajari program yang diselenggarakan pada universitas yang berbeda pula. 

Keuntungan dari joint degree yaitu memperoleh pemahaman yang lebih luas tentang berbagai perspektif, budaya, dan lingkungan bisnis yang berbeda. Hanifah membuktikan bahwa keunggulan akademik dan skill bahasa yang ia miliki menjadi kunci diterima di NXU.

“Teman-teman bisa memulai untuk belajar bahasa Mandarin dari HSK 1, agar tidak kesulitan saat berinteraksi di China nanti,” pesan Hanifah kepada mahasiswa yang ingin mengikuti jejaknya. Meskipun, perkuliahan menggunakan bahasa Inggris, tetapi dalam kesehariannya menggunakan bahasa Mandarin. 

Dengan keberhasilannya menamatkan program joint degree, Hanifah membuktikan bahwa investasi dalam pendidikan dan pengembagan diri dapat membawa hasil yang luas biasa. Prestasi ini memberikan motivasi bagi mahasiswa lain untuk mengejar kesempatan serupa. Program joint degree merupakan langkah yang berani dan berharga bagi mahasiswa yang ingin mengejar karir dan mencapai kesuksesan di panggung global.

Segera daftarkan dirimu di Prodi Akuntansi untuk meneruskan kesuksesan Hanifah! Kunjungi website resmi kami accounting.uii.ac.id dan temukan informasi lainnya di media sosial Instagram @accounting.uii. (C)

 

Nelva Qablina: Calon Akuntan Profesional dengan Kualifikasi Internasional ACCA

Memiliki sertifikasi akuntan internasional merupakan impian bagi setiap mahasiswa, salah satunya yakni Association of Chartered Certified Accountants (ACCA). Melalui sertifikasi ACCA calon akuntan muda dipersiapkan untuk memenuhi kualifikasi akuntan profesional bertaraf internasional, selengkapnya baca di sini.

Pada kesempatan kali ini, kami berbincang dengan salah satu mahasiswa yang telah lulus ujian modul ACCA, Nelva Qablina. Nelva mengambil kelas ACCA sejak semester dua.dengan modul management accounting. Kemudian semester tiga mengambil modul financial accounting, dan seterusnya. Namun untuk angkatan 2021 dan selanjutnya kelas ACCA ini diambil pada semester ketiga. 

Untuk mengambil kelas ACCA ini tidak dikenakan biaya tambahan selain biaya SPP. Nelva menambahkan untuk biaya ujian tiap modulnya membayar menggunakan uang pribadi, tetapi apabila mahasiswa dapat lulus ujian tersebut pihak Prodi Akuntansi akan memberikan reimburse.

“Aku belum pernah bayar biaya tambahan di luar SPP. Tetapi kamu harus bayar ujian ACCAnya kaya sekitaran 2 juta lebih bayar pakai dana pribadi dulu. Kalau kamu lulus ujian ACCAnya, dana tadi akan dibalikin sama prodi,” ungkap Nelva. 

Sejak sekolah menengah, Nelva memang sudah menyukai hal-hal yang berkaitan dengan akuntansi. Saat semester dua, Nelva ditawari oleh temannya untuk mencoba program ini. “Terus tiba tiba semester dua ditawarin sama temen mau join acca ngga kita? Kita coba-coba aja dulu. Ternyata kalau sulit banget kita boleh keluar lagi,” ujar Nelva. 

Nelva juga merasa pada awalnya memang sulit seiring berjalannya waktu merasa terbiasa dan saat ini sudah menempuh hingga semester enam serta mengikuti beberapa ujian modul. Tiga ujian modul telah dilalui oleh Nelva yakni Financial Accounting, Financial Management, dan Financial Reporting. 

Prodi Akuntansi sendiri telah mendapatkan approval dari ACCA sehingga mahasiswa mendapatkan beberapa exemption. “Exemption itu konsepnya ngga harus ambil beberapa ujian, tetapi kamu diwajibkan untuk mengambil Financial Management, Financial Reporting, dan Audit Assurance,” tutur Nelva. Apabila telah lulus tiga modul tersebut, mahasiswa dapat mengambil modul ethics dan mengumpulkan research report ke ACCA, kedepannya akan mendapatkan degree  Bachelor of Science in Applied Accounting dari Oxford Brookes University. 

Di Prodi Akuntansi telah terdapat kelas akselerasi ACCA yang dikhususkan untuk belajar setiap modul. Dengan bantuan dosen dan berbagai learning source ACCA yang tersedia di internet, Nelva mempelajari materi dari sumber tersebut.

“Kalau dibilang susah atau ngga susah, pasti susah. Tapi you need to try first,” tutur Nelva. 

Financial Reporting merupakan modul yang paling sulit dan challenging menurut mahasiswa yang saat ini duduk di semester enam. “Karena itu coveringnya dan standard Accountingnya yang harus kamu tau banyak. Terus gimana kamu applied standard Accounting itu di financial statement dan itu challenging banget,” ungkap Nelva. 

Selain fasilitas scholarship, Prodi Akuntansi juga memberikan banyak fasilitas kepada mahasiswa yang akan mengikuti ujian modul seperti dengan memberikan tutorial dengan ACCA Indonesia dan Malaysia.

“Bahkan kita ada camp khusus untuk belajar ACCA di hotel bareng dosen UII,” ujar Nelva. 

Di akhir, Nelva berbagi tips untuk belajar modul ACCA. “Aku biasanya ngelist dulu semua materialsnya, terus dipelajari satu-satu the whole text book itu. Nanti aku tandain kalau itu sulit dan aku butuh review lagi berapa materi yang suilt,” ungkap Nelva. (Retno)

Liburan Seraya Tingkatkan Soft Skill Melalui Outing Class IUP Accounting UII

Mahasiswa mengikuti Outing di Kawasan MerapiInternational Undergraduate Program (IUP) Accounting Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII) mengadakan outing classes yang dilaksanakan di Gamplong Nature Studio dan Jeep Tour Kaliurang pada Minggu, (16/06). Outing class merupakan salah satu bagian dari kegiatan ekstrakurikuler IELTS yang diikuti oleh mahasiswa IUP Accounting angkatan 21 dan 22. Selain bersenang-senang, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris mahasiswa khususnya speaking skills

Speaking skills dapat diperoleh melalui social media video competition. Sementara kegiatan lainnya adalah jeep tour Kaliurang explore. Maulidyati Aisyah, S.E., M.Com(Adv) selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Program Internasional menuturkan bahwa outing diharapkan dapat menjadi salah satu bentuk refreshing mahasiswa, tetapi tetap mengasah kemampuan berbahasa Inggris.

“Mahasiswa memperoleh pengalaman belajar bahasa Inggris yang berbeda, sebagai refreshing dari pembelajar di kelas,” tuturnya. 

Muhammad Wijdan Farizqi mahasiswa IUP Accounting angkatan 22 mengungkapkan kegembiraan dan keseruan kegiatan Prodi Akuntansi tersebut. “Gak kepikiran kalau bakal se-seru itu,” terangnya. 

Tidak hanya Fariz saja, mahasiswa lainnya turut mengungkapkan sukacitanya. Muhammad Ulil Albab Al Farid mengatakan bahwa outing class mampu menyegarkan mahasiswa dari tugas dan pembelajaran di dalam kelas.

“Ternyata kuliah gak cuma soal belajar dan nugas di kampus, tapi juga ada senang-senangnya. Hitung-hitung healing sebelum UAS,” ungkap mahasiswa yang biasa dipanggil Farid.

Selain itu, dapat mempererat kebersamaan dengan teman-teman dan menjadi pengalaman menyenangkan baginya. 

Fariz dan Farid mengharapkan kegiatan serupa diadakan lebih banyak lagi. Mauli menyampaikan bahwa tidak hanya mahasiswa IUP Accounting UII saja yang mengadakan kegiatan seperti ini. Mahasiswa reguler Prodi Akuntansi juga akan memperoleh pengembagan soft skill berupa OMT 1 dan OMT 2 yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat. (C)

 

MonsoonSIM Campus Competition 2023: Calon Entrepreneur melalui Simulasi Bisnis

 

MonsoonSIM Campus Competition merupakan perlombaan simulasi bisnis tahunan yang diselenggarakan Prodi Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII). Perlombaan dilaksanakan selama dua hari berturut-turut, pada Sabtu (3/6) dan Minggu (4/6) di Aula Utara FBE UII. Agenda hari pertama merupakan babak penyisihan yang diikuti 16 tim. Dari 16 tim yang berpartisipasi hanya 10 tim yang akhirnya lolos ke babak final.

MonsoonSIM dirancang sebagai platform yang memungkinkan peserta untuk merasakan pengalaman menjadi seorang pengusaha secara simulasi. Seperti yang dijelaskan Dra. Isti Rahayu, M.Si., Ak., CA., Cert.SAP saat ditemui di acara tersebut.

“Tujuannya adalah untuk memberikan pengalaman kepada mahasiswa bagaimana menjalankan bisnis dengan menggunakan simulator yang namanya MonsoonSIM yang tentu semua peserta memiliki pengalaman yang berharga,” tuturnya. 

Tidak hanya itu, melalui kegiatan yang dilaksanakan secara offline ini diharapkan dapat mengembangkan kepemimpinan dan membangun jaringan dengan rekan-rekan sejawat. “Bagaimana mereka membangun leadership, networking dengan teman-teman yang lain dan tentu bonusnya adalah pemenangnya akan menjadi wakil UII menuju kompetisi nasional,” tutur Isti selaku Direktur ERP Competence Center Prodi Akuntansi UII.

Permainan di babak final dilakukan satu kali dan dilanjutkan presentasi oleh 10 tim. Semua tim memaparkan role apa saja yang digunakan, strategi permainan, dan menjawab pertanyaan dari dewan juri. Pemilihan pemenang tidak hanya berdasarkan peringkat pertama atas permainan, tetapi juga berdasarkan presentasi dan jawaban yang diajukan juri. Juri yang dihadirkan dari dosen Prodi Akuntansi, yaitu Muamar Nur Kholid, S.E., M.Ak., Ak., CA dan Maulidyati Aisyah, S.E., M.Com(Adv).

Penentuan juara dilaksanakan secara langsung. Vetares, menjadi pemenang di perlombaan ini. Beranggotakan mahasiswa Akuntansi angkatan 22, yaitu Asfa Rofilla, Alfriyati Anggraeni, Syifa Zakiyah, Fadhillah Andhini Putri, dan Dia Permata Sari. Kemudian, Prodi Akuntansi melakukan wawancara dengan Tim Vetares. 

Asfa, salah satu anggota Tim Vetares mengungkapkan kebahagiaannya karena mendapatkan hasil sesuai harapannya. “Alhamdulillah, kami merasa sangat senang dan bersyukur atas perolehan juara 1 ini dan lega juga karena kami mendapat hasil sesuai dengan apa yang kita harapkan setelah latihan terus-menerus dengan konsisten,” tuturnya.

Melalui wawancara yang dilakukan, Asfa dan tim memberikan tips dan tricks memenangkan perlombaan MonsoonSIM ini. Tim Vetares selalu melakukan latihan secara konsisten, optimis, dan tidak cepat putus asa. Walaupun, tak jarang berada di peringkat akhir saat latihan. “Namun, kami jadikan pengalaman tersebut menjadi momen sebagai bahan evaluasi dan analisis terus-menerus. Dan yang paling utama adalah selalu berdoa sebelum memulai latihan dan pertandingan,” tuturnya. 

Tidak hanya itu, Tim Vetares juga mengungkapkan strategi yang mereka mainkan. Semua anggota fokus pada modul masing-masing dan mempertmbangkan penilaian matriks dan memaksimalkan prosentase matriks tersebut. 

“Kami juga melihat bagaimana permintaan pasar dan juga memahami konfigurasi permainan sebelum game dimulai.  Menganalisis apa saja yang perlu ditekankan dalam permainan untuk memaksimalkan hasil terbaik,” tambah Asfa.

Sebelum menutup MonsoonSIM Campus Competition, Rifqi Muhammad, S.E., S.H., M.Sc., Ph.D., SAS., ASPM. memberikan ucapan selamat kepada para pemenang dan kata penyemangat bagi yang belum mendapatkan kesempatan juara. Diakhir acara Rifqi menegaskan harapannya kepada mahasiswa dan ucapan terimakasih kepada para coach, panitia, dan tim yang sudah membantu perlombaan ini. 

“Kita Prodi Akuntansi selalu mencoba memberikan tantantangan kepada mahasiswa untuk menjadi yang terbaik. Semoga tim yang hari ini menjadi juara, nanti bisa maju ke level nasional dan lanjut ke internasional,” pungkasnya. (C)

 

Exploring the World with Accounting UII: South Korea

Menempuh pendidikan di luar negeri merupakan pengalaman yang luar biasa. Memeroleh pengetahuan yang mendalam, memperluas wawasan budaya, dan membangun jaringan internasional menjadi keuntungan bagi mahasiswa yang berkesempatan meniti kuliah di luar negeri. Prodi Akuntansi UII memfasilitasi mahasiswa yang ingin memeroleh keuntungan tersebut melalui berbagai program khusus. 

Puti Liyana, mahasiswi Akuntansi International Undergraduate Program angakatan 2020, berkesempatan mengikuti Student Exchange Spring 2023 di Solbridge School of Business, Korea Selatan. Menurutnya berkuliah di Korea Selatan, mendapatkan pengalaman dan pelajaran baru. Putri mencontohkan misalnya saat kuliah di Indonesia merasa malas untuk belajar, saat di Korea mau tidak mau tetap harus belajar karena tentunya akan terbawa arus keadaan. “Di Korea orang-orang sangat ambisius terutama masalah pendidikan dan competitive banget,” tuturnya. Selama belajar di Korea, mahasiswa dituntut untuk rajin membaca karena saat di kelas tidak akan dijelaskan secara detail dan demi mengurangi ketinggalan selama mengikuti perkuliahan.

Ia juga menceritakan dari segi cara mengajar tidak terlalu jauh berbeda dengan di Indonesia. “Cuma kalau di Korea biasanya sebelum final exam itu bakal ada juga final project. Selain kita ikut final exam kita juga harus nyelesain final projectnya jadi harus kerja double,” tutur Putri.

Hal yang paling berbeda menurut Putri selama mengikuti kuliah ini yakni sistem penilaian kuliah. Di Korea masih menggunakan curve grading system. “Jadi hanya 20% mahasiswa di kelas yang bisa dapat A, 30%-40% dapat B, dan 30%-50% dapat C atau di bawahnya. Jadi sangat competitive semua orang di kelas,” jelas Putri.

 

Putri menceritakan saat di Solbridge setiap bulannya ada semacam tamasya bersama kampus ke luar kota seperti Busan, Seoul, dan sebagainya. “Kita cuma bayar dengan harga yang sangat murah, jadi setidaknya setiap sebulan sekali bakal ada refreshingnya,” ungkap Putri.

Selain bercerita tentang kuliah, Putri bercerita mengenai kehidupan sehari-harinya di Korea. Bahasa menjadi salah satu kendala yang dialaminya. Saat pertama kali datang, Putri sama sekali belum bisa menulis dan membaca hangeul. Tapi setelah mengikuti kelas Korean Beginner, sudah sangat membantu dirinya membaca dan menulis. “Karena kalau kalian bisa bahasa Korea bakal lebih mudah. Apalagi kalau di tempat umum, kalau mau naik taxi terus ngga bisa bahasa Korea, kadang susah juga untuk nunjukin alamatnya bahkan bisa sampai miscommunication dan berujung salah alamat,” ujarnya. Putri berpesan untuk setidaknya sebelum pergi belajar ke Korea Selatan, mahasiswa mempelajari bahasa Korea dasar walaupun di Solbridge sendiri pembelajaran full menggunakan bahasa Inggris.

Selain mempersiapkan dokumen penting seperti visa, transkrip nilai, paspor, dan lain-lain. Menurutnya kampus lumayan membantu dalam pengurusan dokumen exchange. “Mungkin harus sering difollow-up biar dokumennya lebih cepat jadi. Yang penting harus rajin komunikasi dan konsultasi ke staff internationalnya. Mulai dari mata kuliah, planning kedepannya setelah exchange. Mau magang atau skripsi dan lain-lain, jadi nanti konsultasi saja dan staff international bakal ngasih saran dan masukan,” tutup Putri.

Tertarik dengan mengikuti student exchange dan bersiap mendapatkan international exposure, segera gabung dengan Accounting International Undergraduate Program UII di laman berikut ini. (R)

Menulis Karya Ilmiah itu Mudah dan Menyenangkan, Prodi Akuntansi Gelar Kuliah Praktisi

Program Studi Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII) kembali menyelenggarakan kuliah praktisi secara offline di Aula Utara, Senin (27/02). Topik bahasan kali ini cukup menarik, yaitu “Menulis Karya Ilmiah itu Mudah dan Menyenangkan!”. Mendatangkan pembicara yang ahli di bidangnya, yaitu Dr. Antonius Maria Laot Kian, seorang pengamat hukum sekaligus penulis. Melalui kegiatan yang dihadiri mahasiswa akuntansi ini banyak ilmu yang disampaikan Antonius tentang penulisan karya ilmiah yang baik dan benar. 

Kuliah praktisi ini didampingi dan dihadiri oleh Ketua Prodi Akuntansi Rifqi Muhammad, S.E., S.H., M.Sc., Ph.D., SAS., ASPM. Dalam sambutan di awal kegiatan, Rifqi menyampaikan mengenai pentingnya acara ini. “Menulis merupakan bagian dari soft skill. Dimana kemampuan menulis menjadi kekuatan di era saat ini. Dengan tulisan, mampu merubah banyak hal, bahkan tulisan bisa lebih kejam dan dahsyat dibandingkan bom atom”, tuturnya. 

Pada sesi pemaparan materi, Antonius menyebutkan bahwa manusia memiliki tiga kemampuan dasar, yaitu berbicara, menulis, dan membaca. “Dengan berbicara kita akan berani, melalui tulisan mampu menggerakkan seseorang untuk melakukan tindakan, dan dengan membaca akan melatih berpikir dan menambah pengetahuan baru,” tuturnya.

Tulisan dibagi menjadi beberapa bagian, seperti tulisan ilmiah, non-ilmiah, seni ilmiah dan lain sebagainya. Dalam tulisan ilmiah mengharuskan penulis menyusun berdasarkan kaidah struktur karya ilmiah yang berlaku. Berbeda dengan tulisan non-ilmiah, tidak perlu menggunakan struktur dalam penulisannya. Tidak hanya itu, kedua jenis tulisan tersebut juga memiliki perbedaan, yaitu karya ilmiah harus dibuktikan kebenarannya. 

Melalui pemaparannya, Antonius mengatakan bahwa salah satu syarat penulisan karya ilmiah harus objektif. “Dalam karya ilmiah, data yang digunakan harus dapat dibuktikan, baik melalui verifikasi maupun klarifikasi dan diakui oleh komunitas ilmiah,” ucapnya. Tidak hanya itu, Antonius menambahkan dalam menulis karya ilmiah harus menggunakan diksi yang benar dan menguasai bahasa Indonesia yang baku.

Acara berlangsung kondusif dan interaktif. Banyak mahasiswa yang menyimak dan mengikuti kuliah praktisi dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pembicara. Antonius mengakhiri kuliah praktisi dengan memberikan motivasi kepada audiens. “Menulis diibaratkan dengan batu yang terus-menerus terkena tetesan air, sekeras apapun batu itu, batunya akan berlubang,” pungkas nya. Sama halnya dengan menulis yang harus dilatih dan dibiasakan sejak dini untuk menghasilkan tulisan yang bagus. (C)

Public Webinar: Digitalization to Enhance Performance

Rabu (08/02), Prodi Akuntansi UII menyelenggarakan Public Webinar: Digitalization to Enhance Performance. Dalam acara yang dilaksanakan secara hybrid tersebut, Sophia P. Dimelis yang merupakan Profesor departemen informasi di Athens University of Economics and Business (AUEB) hadir sebagai pembicara. Turut hadir juga Fitria Akmila, M.Com. dosen Akuntansi FBE UII sebagai moderator dalam webinar tersebut.

Dalam penjelasannya, Sophia menjelaskan terkait ekonomi di asia yang mulai pulih setelah pandemi COVID-19. Hal ini merujuk pada pertumbuhan rata-rata di tahun 2022 yaitu sebesar 5.8% yang kemudian pada tahun 2023 oleh World Bank diproyeksikan sebesar 5.2%.  Dari seluruh pertumbuhan ekonomi yang terjadi, transformasi digital telah memegang peran besar di berbagai Negara. Kesehatan digital harus dikembangkan baik oleh sektor publik atau sektor privat. Digitalisasi adalah proses transformasi dari proses yang telah berlaku kedalam teknologi digital yang merupakan kunci dari pertumbuhan bisnis masa depan. Akan tetapi dalam praktek digitalisasi, banyak kendala yang harus dihadapi yaitu kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni kemudian hal lain adalah kerja sama dalam tim. Diperlukannya pelatihan bagi mereka untuk bekerja bersama sebagai tim.

If you take big example of big company, they success from what they develop and it’s not because one person work but also teamwork,” ujar Sophia.

Untuk di Indonesia sendiri adanya gap dalam beberapa faktor yang sering menjadi masalah dalam sistem perdagangan secara online yang tengah berkembang pesat menurut Sophia salah satu masalahnya adalah rendahnya indeks logistic Indonesia dibandingkan dengan negara lain yaitu per  tahun 2016 menempati peringkat ke 63 dari 16. Hal lain yaitu sebagian besar populasi yang tidak memiliki rekening bank yang saat ini sebagian besar mengandalkan uang tunai. Dengan masalah seperti itu tentu mempengaruhi cakupan yang tidak memadai dan kualitas layanan yang tidak konsisten. Dengan hanya setengah dari populasi yang memeliki akses untuk financial service Indonesia tertinggal dari beberapa Negara di ASEAN seperti Malaysia dan Singapore dimana mereka sudah berada di level 80% lebih masyarakatnya dapat mengakses financial service.

So, financing smaller enterprise also need to be develop more human capital to meet demand talent from imaging digital sector and talent from imaging digital sector and encouraging to go particular through online,” ujar Sophia.

Oleh karena itu untuk membantu Indonesia mengatasi tantangan yang dihadapinya dalam menghadapi system perdagangan online, tindakan prioritas termasuk memperluas jangkauan internet untuk mengurangi kesenjangan kemudian memperluas logistik yang handal, memperluas pembayaran cashless dan mendukung pinjaman terutama untuk perusahaan kecil dan mendorong UKM untuk mengembangkan sistem online dalam proses transaksinya. (RT)